Ratusan Warga Kutasari Ikuti Simulasi Penanganan Bencana Erupsi Gunung Slamet

DSC_0842

PURBALINGGA – Ratusan warga dua dusun di wilayah kecamatan Kutasari antusias mengikuti simulasi penanganan bencana erupsi Gunung Slamet di Dusun Limpakgombong Desa Karangjengkol Kecamatan Kutasari, Purbalingga, Minggu (11/5). Latihan penanganan evakuasi warga ini diikuti warga dusun Limpakgombong Desa Karangjengkol yang berpenduduk 615 jiwa dan Dusun Simpar Desa Candinata yang dihuni 214 jiwa. Diharapkan mereka tahu yang harus dilakukan jika gunung tersebut benar-benar erupsi.

Simulasi digelar Pemkab Purbalingga bersama Kodim 0702 Purbalingga, Polres, BPBD, SAR,  Tagana, PMI, bankom, Pramuka dan sejumlah organisasi pemuda  serta warga di dua dusun terdampak. Simulasi diawali saat terjadi peningkatan status gunung Slamet dari Siaga naik menjadi Awas (Level IV). Ditandai bunyi-bunyian seperti sirine, bedug, kentongan dan peluit, peserta langsung berlarian keluar rumah untuk menuju titik kumpul  di dusun Limpakgombong, untuk selanjutnya dievakuasi menggunakan kendaraan bak terbuka menuju tempat pengungsian sementara (TPS) desa di lapangan Pekajen.

“Evakuasi pengungsi hanya memungkinkan menggunakan kendaraan bak terbuka karena jalur evakuasi yang ada terlalu sempit. Jalannya juga rusak sehingga tak mungkin dilewati truk apalagi harus berpapasan,” jelas Komandan Latihan,  Pasiopslat Kodim 0702 Purbalingga Kapten Chb Riswanto, saat memberikan penjelasan sebelum pelaksanaan simulasi.

Ditempat pengungsian tersebut, para relawan mendata para pengungsi termasuk hewan peliharaan serta membawa para pengungsi yang sakit atau terluka untuk segera mendapatkan pertolongan. “Dari tempat pengungsian sementara di lapangan Pekajen, relawan kemudian membawa para pengungsi menuju tempat pengungsian sementara di lapangan desa Candiwulan yang berjarak 5 km dari lokasi evakuasi. Petugas mengarahkan kendaraan bak terbuka untuk meuju lokasi evakuasi untuk mengangkut warga lainnya. Jalurnya berbeda,” jelas Riswanto.

Sementara itu, dari TPS desa Candiwulan para pengungsi selanjutnya dibawa menggunakan kendaraan truk menuju tempat pengungsian akhir (TPA) di lapangan Desa Kutasari. “Saat kejadian sebenarnya, TPA ditempatkan di komplek Bumi Perkemahan Munjuluhur dengan daya tampung hingga 7000 orang. TPA Kutasari hanya untuk pelaksanaan simulasi, agar memudahkan kordinasi saja,” jelasnya.

Situasi di dua dusun terdampak, masih terus dilakukan pengarahan agar seluruh warga segera mengungsi. Petugas dari SAR, Tagana dan relawan lainnya menyusur setiap rumah penduduk untuk memastikan seluruh warga telah mengungsi. Penyelamatan tak hanya fokus pada manusia namun hewan ternak yang dipelihara oleh warga seperti sapi dan kambing bahkan ternak ayam juga ikut menjadi target penyelamatan.

Ditandaskan Kapten Riswanto, simulasi ini dilaksanakan agar warga di dua dusun terdekat dengan gunung Slamet bisa lebih peka terhadap situasi. Diharapkan, mereka tahu apa yng harus dilaksanakan jika gunung tertinggi di Jawa Tengah ini benar-benar erupsi.

“Jika suatu saat benar-benar terjadi, warga  sudah waspada dan tahu harus berkumpul dimana, dijemput dimana dan mengungsi dimana serta tahu titik kumpul terakhir dimana sehingga mereka tidak akan panic. Bagitupun bagi para petugas, tahu apa yang harus dilakukan dalam suasana darurat. Meski demikian kita tidak berharap terjadi erupsi,” pungkasnya.

Sebelumnya, dilakukan apel kesiapan gladi simulasi di Makodim 0702, dengan inpektur upacara Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto. Usai apel semua unsur terkait, langsung melaksanakan pergerakan begitu status menjadi awas.

“Simulasi yang kita gelar hari ini, untuk mengantisipasi kejadian bencana yang dapat sewaktu-waktu datang. Pengetahuan tentang tanggap darurat, rekonstruksi dan rehabilitasi, sangat perlu dalam penanggulangan bencana. Dan itu akan kita latih hari ini,” kata Bupati.

Selain itu, lanjut Bupati, kerjasama dari semua jajaran sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana. Sumulasi juga untuk mendorong peran serta masyarakat untuk mengurangi sedikit mungkin terjadinya resiko bencana.

“Informasi seputar penanganan erupsi gunung slamet harus terus disampaikan kepada masyarakat. Agar masyarakat terdampak dapat mengetahui bagaimana dan apa yang harus dilakukan apabila terjadi erupsi,” tambah Bupati.

Simulasi evakuasi penanganan bencana juga telah digelar di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, pada Maret  lalu. Lokasi tersebut merupakan titik terdekat yakni sekitar 8 kilometer dari kawah Gunung Slamet.

Sejak adanya peningkatan aktivitas kegempaan dan energi di gunung Slamet,  Badan Geologi Kementerian ESDM menaikan status gunung Slamet dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) pada tanggal 30 April 2014 pukul 10.00 WIB. Warga masyarakat dilarang melakukan aktivitas dalam radius 4 km dari puncak gunung. (Hardiyanto)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *